facebook twitter Youtube instagram
  • Home
  • Menu
    • ABOUT
    • CONTACT
  • Beauty
    • Makeup
    • Skin Care
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Finance
    • Food
    • Personal
    • Relationship
    • Technology
    • Tips
  • Hobby
    • Blogging
    • Books
    • Pet
    • Puisi
  • Review
  • Travel and Place

Andayani Rhani

All Thing About Story

Museum Pers Nasional di Surakarta

Apa yang terbesit di benak teman-teman ketika mendengar kata museum? Ruangan minim pencahayaan dengan suasana tempo lama yang kelam dan suram? 
Eits, itu kan dulu. Kalau sekarang beda cerita. Museum bisa jadi tempat dan sahabat yang menyenangkan dan kekinian. Salah satunya adalah Museum Pers Nasional yang ada di kota Solo.

Dalam rangka memperingati hari Pers Nasional, pada tanggal 14 Februari 2020 lalu Museum Pers Nasional (MPN) telah resmi dibuka kembali untuk publik dan memiliki wajah baru setelah menjalani revitalisasi selama beberapa waktu. 

Source : Facebook Museum Pers Nasional
Kegiatan Soft Opening dibuka secara simbolis dengan acara pengguntingan pita yang dilakukan oleh Prof. Dr. Widodo Muktiyo, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik. Nuansa suram dan kelam kini tinggal kenangan, karena setiap sudut tempatnya telah disulap menjadi ruangan yang serba hidup dan mengasikkan ditambah dengan sentuhan teknologi.


Bangunan Monumen Pers Nasional

Miniatur Bangunan Monumen Pers Nasional

Bangunan Induk Monumen Pers Nasional merupakan tempat lahirnya Solosche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan anak bangsa pada tahun 1933. Gedung ini dirancang oleh seorang putra bangsa, Mas Aboekassan Atmodirono, yang menggabungkan antara arsitektur Indische dan Hindu-Jawa. 


Sekilas Tentang Sejarah Hari Pers Nasional (HPN)

Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) 9-10 Februari 1946 berlangsung di gedung Societeit Sasana Soeka (Societeit Mangkoenegaraan) yang kini menjadi Monumen Pers Nasional.

Tempat ini memiliki arti yang sangat penting dalam sejarah pers karena menjadi tempat Kongres Wartawan Indonesia pertama setelah enam bulan Indonesia merdeka.

Peristiwa inilah yang akhirnya menjadi dasar ditetapkannya Hari Pers Nasional oleh presiden Soeharto yang jatuh pada tanggal 9 Februari setiap tahunnya. 


Lokasi Museum Pers Nasional

Museum yang memiliki konstruksi seperti candi ini berada di Jalan Gajah Mada no. 59, Banjarsari, Surakarta- Jawa Tengah. Lokasinya di sudut jalan Gajah Mada dan Jalan Yosodipuro, berada di sebelah barat Istana Mangkunegaraan, tepat di sebelah kantor Kominfo Solo. Tidak jauh dari pasar Triwindu.

Kompleks Museum Pers terdiri dari bangunan asli Sasana Soeka, dua gedung berlantai dua, dan satu ruang gedung berlantai empat.

Saya di Depan Papan Pengumuman Museum Pers Nasional

Di depan museum terdapat lapangan parkir dan dua papan pengumuman yang dilengkapi dengan Koran gratis (Solo Pos, Suara Merdeka, dan Republika). Fasad di depannya dihiasi desain naga yang melambangkan tahun 1980 ketika pembangunan museum ini selesai.

Lalu, ada apa saja yang bisa kamu temui di dalam museum ini? Simak cerita saya di Pengalaman Tour ke Museum Pers Nasional Surakarta sampai selesai ya.

Setelah acara peresmian, acara yang paling ditunggu-tunggu selanjutnya adalah museum tour. Dipandu dengan seorang kurator cantik. Rombongan, sekaligus saya, mas riski dan mbak Aden, anggota komunitas Remaja Solo Pecinta Sejarah (Jas Merah), mengekor di belakang. Walau sering ilang-ilangan karena keasyikan membaca hehehe….


Saat pertama kali kita menginjakkan kaki di tempat ini, saya disuguhkan suasana yang lebih fresh. Berbeda dari museum-museum lain, tempat untuk mengambil tiket di museum pers didesain menyerupai lobi hotel.

Ada juga tugu peresmian yang berdiri tegak  berhadapan dengan meja lobi. Pencahayaan di museum pers sangat cukup memadahi. Jauh dari suasana kelam, suram, ataupun sunyi. Jika kamu lelah dan dehidrasi, dapat menuju ke tempat minum yang ada di sebelah kanan dari arah pintu masuk.


Tokoh Pers Nasional

Tokoh Pers Nasional

Di samping lobi museum sebelah kanan dan kiri, kamu akan menemukan jajaran patung tokoh pers Nasional. Diantaranya adalah Dr. GSSJ Ratulangi, R.M. Tirto Adhi Soerjo, R. Darmosoegito, R.M. Soedarjoo Tjokrosisworo, dan Djamaluddin Adinegoro di ruas sebelah kanan.

Serta R.M Bintarti, Dr. Danoedirdja Setiaboedi, Dr. Abdoel Rivai, R. Bakrie Soeriaatmadja dan Soetopo Wonobojo di sisi kiri jika menghadap pintu masuk.


Informasi tentang Hoax di Indonesia

Setelah melewati lobi dan masuk ke area dalam, kamu akan menemukan berbagai macam informasi tentang Indonesia. Salah satunya tentang hoax.

Hoax di Setiap Era Indonesia
Pepatah bilang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Begitu pula dengan Indonesia. Selain kaya akan budaya, istilah hoax yang populer beberapa tahun terakhir ternyata sudah ada sejak era presiden pertama Indonesia. Nggak percaya? Nih ada buktinya. Papan panjang di atas memuat informasi tentang tingkatan hoax dari presiden pertama di Indonesia.



Koleksi Buku dan Koran


Di tengah-tengah ruang pameran, terdapat meja panjang yang menampung beberapa buku tentang dunia pers. Buku-buku tersebut diantaranya adalah Ensiklopedi Pers Indonesia, Sejarah Pembreidelan Pers Indonesia karya Edward C. Smith, serta Almanak Pers Indonesia 1995.


Di setiap sisi ruangan Musum Pers, terdapat beberapa bingkai surat kabar nasional. Diantaranya adalah Banjarmasin Post, Koran Tempo, Waspada, dan Kompas yang mengangkat berbagai macam isu nasional.


Ruang Pamer dengan Fitur QR Code

Di Museum ini terdapat ruang pamer khusus yang berada di dalam ruangan. Di dalamnya terdapat surat kabar lama yang disimpan di dalam meja yang dilindungi kaca.
Tutorial Penggunaan QR Code di Museum Pers Nasional

Menariknya, ruangan pamer ini menggunakan teknologi QR Code untuk memuat informasi karya-karya di dalamnya. Nggak punya kuota untuk download QR Code? Tenang, di ruangan ini terdapat Wi-Fi Zone sekaligus panduan atau tutorial yang akan membantumu. 

Di ruang pameran, terdapat rangkuman perjalanan Kerajaan Mangkunegaraan.


Radio Kambing

Menurut saya, koleksi satu radio pemancar ini paling menarik. Dalam cerita yang sering di ceritakan guru sejarah dominan adalah para perjuang yang turun ke jalan. Padahal ada juga pejuang kemerdekaan yang berjuang dan berkontribusi untuk kemerdekaan Indonesia dengan profesinya, salah satu buktinya adalah radio pemancar yang digunakan berjuang oleh para wartawan ini.

Radio Kambing di Museum Pers Nasional

Pada Agresi Militer Belanda II, pihak Belanda sempat mencekal penyiaran dan hendak mengambil aset-aset radio di sejumlah daerah. Keadaan ini semakin dipersulit oleh kebijakan pemerintah yang juga melarang adanya penyiaran.

Akhirnya para pejuang berinisiatif untuk mengungsikan pemancar dari RRI Surakarta. Meski sempat ketahuan dan mendapat serangan dari Belanda, pemancar tersebut berhasil diungsikan ke tempat persembunyian warga yang berada di Lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.

Dari penuturan mas Riski, radio pemancar kambing ini digunakan oleh para pejuang yang berprofesi sebagai wartawan untuk mengirimkan berita secara diam-diam. Dinamakan sebagai radio kambing oleh pendengar RRI saat itu, sebab pada saat on-air sering terdengar suara kambing yang berasal  dari kandang kambing yang letaknya tidak jauh dari lokasi.

Simulasi Perjuangan Wartawan dengan Radio Kambing

Seperti yang saya sebutkan di awal, museum ini memadukan unsure teknologi di dalamnya. Salah satunya adalah simulasi perjuangan para wartawan melalui raduo kambing ini. Untuk melihat ilustrasi radio pemancar yang tidak kasat mata, kamu wajib menggunakan gadget yang sudah disetting untuk menampakkan ilustrasi 3D seperti yang dilakukan mbak Aden ini.


Koleksi Mesin Tik


Di museum ini juga terdapat berbagai macam jenis mesin tik. Salah satunya adalah mesin tik merk Continental yang pernah menjadi mesin tik paling populer di Jerman pada masanya.


Koleksi Lain di Museum Pers Nasional

Museum Pers Nasional memiliki lebih dari satu juta surat kabar dan majalah sejak masa sebelum dan sesudah Revolusi Nasional Indonesia yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara.

Koleksi Lain Museum Pers Nasional

Koleksinya meliputi teknologi komunikasi dan teknologi reportase, seperti mesin ketik, radio pemancar, telepon, kamera, kentongan besar hingga artefak.


Perpustakaan Museum Pers

Perpustakaan Museum Pers Nasional

Letak perpustakaan ini berada di lantai atas. Di perpustakaan ini mengoleki berbagai macam buku. Ketika menjelajah lebih jauh, kita dapat membaca bingkai lembaran surat kabar tempo dulu dengan ejaan Soewandi, atau ejaan lama. Yang typing-nya masih menggunakan oe, tj, dan sebangsanya itu. Disebut sebagai ejaan Soewandi, karena beliau menjabat sebagai mentri pendidikan dan kebudayaan saat itu.


Selain Bataviaasch Nieuwsblad, Tjahaja India, dan lainnya. Salah satu surat kabar yang paling legendaris dan sering tertulis di buku sejarah adalah De Locomotief. Surat kabar ini merupakan koran pertama yang terbit di zaman Hindia-Belanda.


Harga Tiket Museum Pers Nasional

Saat berkunjung ke destinasi wisata pasti hal pertama yang terbesit di benak adalah;
Berapa sih harga tiket masuknya? 
Kabar baiknya, mengunjungi museum pers nasional ini tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Selain wisatawan, target pengunjung dari museum ini adalah mahasiswa untuk menunjang studinya dan masyarakat umum. 


Seminar Nasional Tiap Tahun

Setelah acara soft opening dan tour museum selesai dan Jelajah Rasa Selat The Vien's. Acara selanjutnya adalah Seminar Nasional bertema “Refleksi Sejarah Pers Indonesia melalui Revitalisasi Monumen Nasional”.

 Fyi, seminar ini selalu di selenggarakan setiap tahunnya loh. Acara yang dilaksanakan di Pedan Room, Hotel Sahid Jaya Solo ini diisi oleh 3 orang-orang hebat yang di moderatori oleh mbak Safitri Damayanti, seorang penggiat sejarah.

Dari kiri : Pak Kemala, Kang Asep, Mbak Damayanti, dan Pak Joedo
Source. Facebook Monumen Pers Nasional
Salah tiga dari narasumber yang berkesan bagi saya adalah Bapak Kemala Atmaja, seorang wartawan senior yang menjadi kontributor koleksi di Museum Pers Nasional.

Teman-teman ingat atau tahu keliping? Tugas saat zaman kita sekolah dasar itu, ternyata bisa mengantarkan seseorang menjadi kolektor barang cetakan pertama yang paling dicari di dunia.

Dialah Bapak Kemala Atmaja ini, dalam seminar tersebut beliau menuturkan bahwa hampir semua koleksinya diberikan untuk Museum Pers Nasional. Bahkan ada beberapa kolektor dari negara asing yang jauh-jauh menemui beliau untuk membeli salah satu koleksi langkanya dan berakhir dengan kekecewaan karena ditolak. 

Untuk itu, kita patut bangga memiliki Museum Pers Nasional dan anak bangsa seperti pak Kemala Atmaja dengan sikap cinta tanah airnya. Sayangnya, saya tidak berkesempatan untuk berfoto dengan beliau karena terburu-buru pulang setelah mengisi seminar.

Sesi Tanya Jawab Setelah Seminar
Source : Facebook Museum Pers Nasional
Pembicara ke dua ada Bapak Hanitianto Joedo dari Solo Museum Society yang berbicara tentang pemberdayaan museum.  Jika teman-teman menyukai sejarah dan museum, kalian juga bisa bergabung menjadi anggota Solo Museum Society. Di sana kalian bisa menemukan teman baru, berdiskusi dan membuat berbagai macam kegiatan seputar museum dan cagar budaya di Solo Raya.

Untuk info selengkapnya kalian bisa menghubungi email ; solomuseumsociety@gmail.com atau website : www.solomuseumsociety.org

Kang Asep dan Saya
Pembicara terakhir ada Kang Asep Kambali, seorang public speaker sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia. Kamu suka sejarah dan mau berkontribusi di dunia sejarah? Bisa banget untuk gabung di komunitasnya. Bagi saya Kang Asep ini pemuda keren. Kenapa? 

Tentu kalian nggak asing dan sering melihat sosok pahlawan di mata uang kertas Indonesia dong. Nah, Kang Asep inilah salah satu dari empat orang yang memilih pahlawan-pahlawan di mata uang Indonesia. Khususnya pahlawan bernama Frans Kaisiepo yang berasal dari timur Indonesia, di mata uang sepuluh ribu. Beliau nggak hanya sekedar mengusulkan. Tetapi juga mempelajari dan mengerti tentang sejarah pahlawan-pahlawan tersebut. Hebat kan?

Kata-kata inspiratif yang paling membekas dalam benak saya dari kang Asep ini adalah,

Siapa yang tidak mau difoto maka tidak akan ada dalam sejarah. -Asep Kambali

Sebelum bertemu beliau, saya sempat memiliki prinsip tidak mau menampakkan wajah difoto. Tapi setelah mendengar kata-kata beliau ini, saya jadi sedikit punya pandangan lain tentang arti foto dan sejarah.


Berkunjung ke Museum Pers Surakarta

Source : Facebook Museum Pers Nasional
Tertarik untuk mengunjungi museum ini? Museum Pers Nasional menerima kunjungan baik individu atau kelompok kok, bagi teman-teman yang ingin tur museum dipandu oleh pemandu dapat reservasi terlebih dahulu melewati telepon 0271 711 494 atau lewat surel.  Seperti  kegiatan kunjungan museum yang dilakukan Institut Agama Islam Negeri Salatiga di atas.

Eh tapikan sekarang sedang PSBB? 

Nggak perlu khawatir, apa sih yang sekarang nggak bisa buat kamu? Eh kok jadi halu. Kemajuan teknologi kan sudah memudahkan segalanya. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Eh engga deng, bercanda.

Source : Facebook Museum Pers Nasional
Kabar baiknya, untuk kamu yang ingin mengunjungi dan menelisik museum pers namun terkendala jarak, bisa mengunjungi Official Instagram atau Youtube Channel Museum Pers Nasional.  Di sana kamu bisa melaksanakan tour Virtual dalam rangka #MuseumFromHome dan menemukan berbagai informasi tentang dunia pers.

Dunia Jurnalistik Indonesia tidak lepas dari sejarah perjuangan Indonesia. Monumen Pers Nasional Surakarta adalah Referensi Utama bagi Kesejahteraan Pers dan Bangsa Indonesia. Datangi, pelajari, dan pahami sejarahnya di Monumen Pers Nasional. #Monpersreborn

Itulah pengalaman selama mengikuti tour dan seminar di Monumen Pers Nasional, sekaligus informasi yang mungkin bisa membantu kamu sebagai pembaca.

Kalau kamu sudah pernah mengunjungi museum mana saja nih? Atau pernah memiliki cerita menarik ketika mengunjungi museum? Silahkan cerita di kolom komentar ya! 

Nggak usah takut dikacangin karena disetiap kesempatan (biasanya malem-malem waktu insom) saya akan dengan senang hati membaca serta membalas komentar kalian. Sampai jumpa di tulisan bertema Travel selanjutnya!

With love,
andayani rhani


Apasih definisi hunian yang nyaman dan bikin betah? Tempat dengan fasilitas wah atau tempat yang bisa membuat kamu lupa sama rumah? 

Ngomong-ngomong tentang hunian atau tempat tinggal, pasti kita nggak asing dong dengan kata kos-an? 

Bagi mahasiswa atau anak rantau tentu sudah sangat akrab dengan jenis hunian ini. Berhubung masih suasana kelulusan tahun 2020, saya mau mengucapkan Selamat untuk adik-adik yang telah diterima Perguruan Tinggi! Dan tatap Semangat! Untuk yang masih berjuang. Jangan lupa berdoa. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. 

Nggak kerasa ya sudah akan mulai tahun ajaran baru? Sudah sampai mana nih persiapannya?

Nah untuk membantu persiapan adik-adik atau teman-teman dalam memulai kehidupan baru di tanah rantau. Kali ini saya akan menuliskan beberapa daftar pertanyaan serta tips mencari kos murah.


Daftar Pertanyaan untuk Mencari Kos Murah

Selain suka bercerita, saya juga suka mewawancarai baca saja kepo. Supaya pengalaman wawancara saya ada yang bermanfaat. Saya menuliskan beberapa pertanyaan yang bisa teman-teman jadikan referensi supaya nggak keki dan bingung saat wawancara mencari tempat tinggal.


Menentukan Tarif sesuai Kemampuan


Hal yang utama dan paling utama, tentu menentukan budget. Jika masih pelajar, kamu bisa diskusikan dulu beberapa jenis pertanyaan di bawah ini bersama orang tua atau wali. Syukur-syukur orang tua mau turun tangan, langsung terima masuk aja. Eh, jangan deng. Nanti tulisan ini nggak jadi kamu baca. Becanda loh yaa..

Berikut adalah list pertanyaannya :

  • Berapa kisaran biaya untuk tempat tinggal? 
  • Apakah akan menggunakan kendaraan pribadi? 
  • Baiknya seberapa jauh jarak tempat tinggal dengan kampus? 
  • Lingkungan seperti apa yang diinginkan?
  • Kos Muslimah, kos privat, atau kos bebas (campur perempuan dan laki-laki)?
  • Fasilitas apa yang akan menjadi prioritas? 
  • Masak sendiri atau beli makanan di warung?
  • Apakah harus dekat dengan tempat perbelanjaan atau rumah makan?
  • Akan tinggal sekamar sendiri atau bersama teman?

Sederet pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang akan menentukan variasi biaya. Tarif hunian tentu berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor, yakni faktor lokasi dan fasilitas yang disediakan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa tarif kos di daerah kota-kota besar jauh lebih mahal dari kota biasa. Seperti kisah teman saya di daerah lain yang terkejut saat tau tarif hunian saya ternyata dua kali lipat dari miliknya. Padahal ukuran kamar dan fasilitas yang disediakan sama. 

Faktor jarak kos yang berada di dekat institusi seperti perguruan tinggi, tempat kerja, warung makan, atau pusat perbelanjaan biasanya juga akan lebih mahal.

Selain itu, faktor fasilitas juga menentukan tarif hunian. Misalnya di daerah saya, Tembalang-Semarang. Hunian dengan fasilitas standar (kamar mandi luar, tempat tidur, meja belajar, ukuran 3x3 meter, dan lemari pakaian) dekat kampus rata-rata 500-750 ribu. Kalau jauh, biasa dapat harga 450 atau bahkan 300an ribu. Itu baru yang standar, jika ingin kos eksklusif dengan fasilitas yang lebih unch seperti ac, kamar mandi dalam, shower dengan air panas, free galon air minum, parkir mobil yang luas, tentu harganya lebih mahal lagi. 

Kalau kata pepatah orang Jawa bilang,

Ono rego-ono rupo (harga sebanding dengan wujudnya).

Berdasarkan pengalaman dan analisis saya, ternyata jenis kelamin juga menentukan tarif loh. Kos perempuan biasanya lebih mahal dibandingkan kos laki-laki. Meskipun ada juga kos yang campur (perempuan dan laki-laki). Begitupula untuk ukuran kamar. Para pemilik kos biasanya memiliki berbagai macam variasi ukuran kamar yang disesuaikan dengan tarifnya.

Jika ingin ngekos sekamar berdua dengan teman biasanya akan dikenai biaya tambahan. Misalnya sewa kos perbulan sendiri 500ribu, karena berdua ada biaya tambahan sebesar 250ribu. Total biaya 750ribu dibagi 2 = itung sendiri (dibebankan dua orang). Jatuhnya lebih murah. Namun, ada juga yang tarif biaya kos sendiri atau berdua nggak ada bedanya.


Tanyakan Jangka Waktu Pembayaran


  • Kapan waktu pembayaran? 
  • Apakah akan dilakukan pembayaran per-bulan, semester, atau tahunan? 
  • Apakah ada uang muka yang harus dibayarkan atau harus lunas di awal? 

Setelah tarif, sekarang giliran jangka waktu pembayaranya. Semua berdasarkan kesepakatan. Rata-rata, pemilik kos menerapkan sistem tahunan, supaya tidak pusing mengurus penghuni yang sering masuk atau keluar. Sistem pembayaran tahunan ini perlu kamu pertimbangkan, karena kondisi keuangan orang-orang berbeda. Jika keberatan atau belum yakin dengan kondisi tempatnya. Kamu bisa melakukan negosiasi dan meminta keringanan, jika diizinkan.


Teliti Jenis Fasilitas

Apa saja jenis fasilitas yang disediakan?

Pepatah bilang ; malu bertanya, sesat di jalan. Nah, penting banget untuk menanyakan perihal jenis-jenis fasilitas secara detail. 



Umumnya para pemilik kos akan menyediakan fasilitas pokok berupa tempat tidur, meja, lemari pakaian, jaringan internet, hingga kipas angin atau pendingin ruangan. Ada juga fasilitas umum, seperti dapur, lemari pendingin, ruang tamu, peralatan jemuran, dan lain sebagainya.

Namun, tidak menuntut kemungkinan ada beberapa fasilitas tambahan yang berbayar. Misalnya penggunakan rice cooker atau dispenser yang menggunakan daya tinggi, gas untuk memasak, atau bahkan biaya tambahan ketika ada teman yang menginap. Supaya teman-teman tidak kaget jika tiba-tiba ditagih akhir bulan, akan lebih baik jika menanyakannya di awal.

Untuk hal yang terakhir tadi, awalnya saya sedikit heran. Kok ada ya biaya tambahan teman menginap gitu?  Tapi ya gimana, prinsip manusia dalam berbisnis kan beda-beda, nggak bisa dipaksa jadi sama. 

Cerita ini saya dapatkan dari salah satu rekan yang kaget saat dimintai uang tambahan sebesar dua puluh ribu setelah temannya menginap. 

Nggak lagi-lagi deh gue nginep di tempat lu. 

Mungkin gitu ya kata hati temannya. Beruntung, di kost saya nggak ada peraturan itu. Lagipula jarang ada teman yang menginap. Paling juga mampir saat ada jeda kelas dan males nunggu di kampus.


Btw, pastikan hunian kamu memiliki tempat fentilasi yang cukup. Selain mendapatkan sinar matahari, lubang fentilasi sangat berguna sebagai pertukaran udara untuk menjaga suhu dan kondisi ruangan tidak lembab.


Sesuaikan Kepribadian dengan Lingkungan Kost-mu


Loh, kamu pindah kost lagi?
Tanya saya pada salah satu teman nomaden yang sering pindah-pindah kost. Ternyata, nggak cuma doi aja yang harus bikin kamu nyaman, tapi lingkungan tempat tinggal juga. Supaya bisa betah dan lebih produktif. Kan nggak lucu kalau kamu lagi serius belajar buat ulangan tapi teman kamar sebelah sibuk karaoke, sik-asik, dan berisik.


Jika kamu tipe orang yang suka bergaul dan terbuka saya sarankan untuk tinggal di kos dalam satu rumah. Biasanya rasa kekeluargaannya akan lebih erat. Kos dengan masyarakat yang tidak terlalu banyak dapat memudahkanmu untuk saling mengenal satu sama lain. Syukur-syukur bisa saling membantu dalam kebaikan. Apalagi kalau kamu punya teman akrab satu kos. Peluang betah tinggal bisa lebih besar.

Pengalaman teman saya yang tinggal di kos rumah bersama dengan pemiliknya. Dia nggak terlalu sering mikirin nanti mau makan apa, pertanyaan horror akhir bulan, karena pemilik kos sering memberinya lauk atau makanan.

Jika kamu tipe orang yang suka menyendiri dan sibuk, mungkin kamu akan lebih cocok dan betah tinggal di kos jenis rusun. Berbeda dengan kos rumahan, kos rusun memiliki banyak kamar beserta jenis penghuni dengan kesibukan dan kepribadian yang lebih variatif. Dari yang pelajar sampai pekerja, dari yang ramah sampai yang hobi marah-marah.


Perhatikan Peraturan Kost


  • Kapan jam terakhir berkunjung atau menerima tamu? 
  • Jam berapa gerbang atau portal akan di tutup? 
  • Apakah boleh menggandakan kunci gerbang karena akan aktif di organisasi?
  • Bolehkah membawa hewan peliharaan?
  • Apa boleh menerima tamu lawan jenis? 
  • Bagaimana jika ada teman atau keluarga datang berkunjung dan menginap?

Di kost muslimah atau kost tertentu biasanya memberlakukan jam malam. Dimana pintu gerbang akan ditutup setelah melewati jam tersebut. Teman-teman yang memiliki jiwa organisasi tinggi atau kuliah sambil kerja, biasanya akan disibukkan dengan aktivitas di luar hunian hingga pulang larut malam atau bahkan menjelang pagi buta. Jadi, pertanyaan seputar peraturan di atas sangatlah penting untuk ditanyakan. 


Service and Security


  • Jenis keamanan apa yang dimiliki? Sekuriti atau CCTV? 
  • Bagaimana dengan kebersihan? 
  • Seberapa sering kost dibersihkan? 
  • Apakah ada uang iuran tambahan untuk kebersihan? 
  • Bagaimana dengan aliran listriknya? Apakah sering paham?
  • Bagaimana kondisi air? Apa airnya sering mati? 
  • Apakah jaringan internetnya sering trouble? 
  • Jika ada masalah, siapa yang harus dihubungi?

Selain securities atau keamanan, services atau pelayanan kadang sering luput dari pertanyaan. Saat kamu beraktifitas di lingkungan kos, tidak menuntut kemungkinan akan terjadi masalah. Seperti air yang tiba-tiba mati mendadak, listrik yang sering padam, kondisi internet yang tidak lancar, dan lain sebagainya. 

Hal-hal tersebut perlu menjadi pertimbangan kamu dalam memilih kos. Biasanya, kamu akan benar-benar paham dengan masalah kos ini setelah tinggal. Bagi yang muslim, jangan lupa tanya arah kiblat. Supaya nggak bingung menjelang waktu sholat. Jaga-jaga kalau nggak ada orang di kos atau nggak ada yang bisa ditanya setelah datang.


Metode Mencari Kos

Setelah menuliskan daftar pertanyaan, selanjutnya saya akan berbagi beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari kos.


Web dan Aplikasi Mencari Kos


Kecanggihan teknologi zaman sekarang memang tidak perlu diragukan lagi. Ada banyak pilihan yang dapat kita menfaatkan untuk memudahkan kebutuhan manusia. Bahkan dalam mencari hunian pun, sekarang bisa menggunakan aplikasi ataupun web. Kebetulan saya pernah pakai aplikasi Mami Kos.

Aplikasi ini cukup unik menurut saya. Ada fitur filter untuk menyesuaikan harga dan fasilitas. Kita bisa melihat gambaran kos dan mendapatkan nomor pemilik. 

Tetapi, saya tidak menyarankan teman-teman untuk bergantung sepenuhnya dengan aplikasi. Pengalaman saya tahun lalu, ternyata tidak semua kos murah tercantum di aplikasi ini. Mungkin sekarang lebih lengkap. Selain Mami kos, ada juga aplikasi dan web lainnya seperti KosKost, Kost Hunt, Urbanindo, dan Info Kost. 


Mencari Kos dengan Google Maps dan Sosial Media



Dengan mencari melalui google maps, kos dapat sesuaikan lebih tepat dengan daerah yang teman-teman inginkan. Tinggal search wilayah kampus, kemudian amati tanda kamar tidur berwarna merah jambu. Kalau lagi beruntung, kamu akan menemukan ulasan dari kontributor atau orang yang pernah tinggal di sana.

Selain aplikasi pencari kos, teman-teman bisa memanfaatkan sosial media seperti facebook. Bahkan, beberapa waktu lalu saya melihat rekomendasi kos sudah merambah ke dunia twitter dan tik-tok. Saya mencium aroma strategi marketing baru. Ups. 



Mencari Kos dengan Referensi Kakak Tingkat atau Saudara


Metode yang satu ini adalah cara termudah. Bertanya dengan orang yang dikenal atau sudah akrab tentu akan memudahkan kamu dalam mencari hunian. Kamu bisa mendapatkan info secara detail dan akurat. Apalagi kalau pemilik hunian atau kosnya adalah saudara sendiri. Nggak perlu repot-repot lagi deh mencari. Tapi nggak semua orang punya saudara atau alumni di tanah rantau kan?


Mencari Kos dengan Datang Langsung ke Lokasi


Menurut saya, hal ini akan lebih maksimal jika dijadikan langkah terakhir setelah melakukan 3 metode sebelumnya. Bila kalian nekat, langsung datang ke lokasi tanpa memiliki referensi, bukan tidak mungkin kalian akan rugi waktu, biaya, juga tenaga. Be smart people, y'll 😉


Mencari Kos dengan Titip Teman


Metode cari kos paling instan. Apabila kamu tidak memiliki waktu lebih. Terkendala transportasi, biaya, atau udah bener-bener kepepet banget nih. Nggak ada saudara atau alumni yang bisa dijadikan referensi. Kamu bisa mencari teman satu angkatan yang akan berkuliah atau bekerja di tempat yang sama. Kamu bisa mengubungi teman tersebut, syukur-syukur kalau akrab dan berbaik hati mau mencarikan kos atau nge-kos sekamar sekalian. 

Kalaupun kamu tidak punya teman dan sanak saudara, bergabunglah dengan grup jurusan atau fakultas calon mahasiswa baru. Biasanya akan diumumkan setelah daftar ulang. Bisa juga menghubungi himpunan mahasiswa yang ada di website atau official resmi instagram. Di grup tersebut, berusahalah berkenalan dan cari teman yang sama-sama sedang mencari kos. Siapatau bisa dapet gebetan sekalian, eh.


Tips Mencari Kos Murah



Cari kos jauh-jauh hari, jangan mendadak jika tidak ingin dapat ceramah dan nasehat dari pemilik kos. Saat mencari kos mendekati minggu-minggu masuk kuliah, biasanya sudah banyak kamar murah yang sold duluan. Dengan mencari kos jauh-jauh hari, kamu jadi punya kesempatan membandingkan lebih banyak kos dari segi harga maupun fasilitasnya.


Jangan Langsung Membayar di Tempat

Setelah melakukan wawancara, jangan langsung membayar di tempat. Usahakan untuk mempertimbangkannya di rumah dan bandingkan dulu dengan kos lain. Setidaknya tiga atau empat kos.

Mintalah nomor telefon dan rekening pemilik. Utarakan jika kamu akan berdiskusi dengan orang tua (kalau ortu nggak ikut survey) dan akan menghubunginya segera. Jangan lupa foto fasilitas dan ruangannya. Jika gampang lupa, tulis jawaban wawancara di notes.


Jadilah Teliti dan Jeli

Oh iya hampir lupa. Jangan tergiur dengan kos murah ya teman-teman. Kalau bisa telisik dulu riwayat atau latar belakang yang akan jadi hunian atau kamar kamu. Bisa jadi murah karena suatu hal yang lain. Mungkin jenis kos baru atau ada makhluk lain yang tinggal di sana.

Mungkin loh ya… Kalau teman-teman tipe anak aktivis yang jarang pulang ke kos atau punya waktu luang lebih banyak di luar sih nggak terlalu masalah dengan pernyataan saya yang kedua. Saya menambahkan poin ini karena teringat reply twitter di bawah ini,


Gunakan bahasa yang sopan dan tampilan yang meyakinkan

Sebagai orang timur, tentu kita selalu diajari untuk berbahasa yang sopan dan santun. Mungkin sebagian dari kalian akan bertanya kenapa saya tambahkan ‘tampilan’. Sedikit cerita lagi, janji deh ini terakhir. 

Salah satu teman saya kesal karena harga kostnya berbeda dengan penghuni lainnya. Padahal ukuran dan fasilitas tiada beda. Usut punya usut, ternyata pemilik kos menerapkan sistem tarif menyesuaikan tampilan atau first impression-nya. Agak cringe dan aneh memang. Kalau menurut teman-teman bagaimana? 


Itulah beberapa list pertanyaan, metode, sekaligus tips curcol dalam mencari kos murah. Semoga tulisannya dapat bermanfaat dan membantu teman-teman. Jika ada pertanyaan saya yang kurang, ingin berbagi kisah pengalaman saat mencari kos, atau punya uneg-uneg/pertanyaan feel free to ask di kolom komentar. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

With love,
andayani rhani

Sudah punya planning atau to do list apa saja setelah pandemik covid-19 ini berakhir? Mungkin menikmati keindahan bumi pertiwi dengan mendaki bisa jadi salah satu referensi liburan melepas penat selama #dirumahaja.

Salah satu gunung yang menjadi favorit pendaki pemula dan memiliki medan yang mudah ditaklukan adalah Gunung Prau.

Gunung Prahu merupakan salah satu gunung yang berada di Jawa Tengah, tepatnya di Jl. Dieng No.KM, Patakbanteng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung yang berada 2565 meter di atas permukaan laut (Mdpl) ini menjadi tapal batas 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Wonosobo, Batang, dan Kendal.

Seperti judul tulisan ini, saya akan berbagi pengalaman pertama mendaki gunung Prau melalui jalur Patak Banteng. Bagaimana kisahnya? Let get start it!


Awal Mula Ide Mendaki


Saat duduk di bangku kelas 1 SMA diusia yang masih 15 tahun kala itu, saya bertemu beberapa orang yang memiliki hobi serupa meski tak sama, jalan-jalan. Hingga suatu waktu, tercetuslah ide untuk mendaki gunung Prau.

Padahal di antara kami tidak ada seorangpun yang pernah mendaki sebelumnya. Jadi, perjalanan kali ini adalah cerita petualangan kami yang bisa kalian anggap sebagai petualangan pendaki nub yang sesungguhnya.

Setelah batal melakukan pendakian pada bulan Agustus karena acara akbar di sekolah, kegiatan mendaki ini akhirnya dilaksanakan pada bulan Oktober. Tepat di malam satu suro. Padahal saya sudah cerita dengan bangga ke Ehsan kalau mau mendaki, eh malah nggak jadi. Ditunda lebih tepatnya, hihihi...

Agar tidak kebanyakan absen, kami sepakat mulai melakukan perjalanan pada hari Jumat seusai kegiatan sekolah.


Persiapan Mendaki


Jam 1 siang, ketiga teman sudah berkumpul di teras rumah saya. Tim pendaki nub ini terdiri dari 2 orang pria dan 2 orang perempuan (termasuk saya).  Sebut saja kami berempat Upin, Ipin, Mei-mei, dan Susanti. Karena saya tidak comel, maka anggaplah saya sebagai Susanti di cerita ini. Sebenarnya Apin ingin kita ajak, tapi masih rindu maknye katanya. Jadilah kita berempat saja.

Tak butuh waktu lama, persiapan selesai. Kami berempat menggunakan 2 kuda besi menuju Kabupaten Wonosobo beserta empat tas ransel seadanya. Jarak rumah saya yang berada di kabupaten Kendal ke Wonosobo kurang lebih 33 kilometer.


Cerita Selama Perjalanan

Belum sampai setengah perjalanan, sebelum daerah Wonosobo, langkah kami terhenti karena awan hitam datang dan menurunkan rintik air hujan. Kami berteduh dan mencari tempat untuk mengisi perut, mengingat kami belum sempat makan siang sebelum berangkat.


Warung sederhana milik warga setempat menjadi tempat singgah kala itu. Nasi soto dengan kuah kuning yang hangat menjadi pilihan kami berempat. Canda dan obrolan ringan menjadi pemecah suasana meski tak lama, sembari menunggu hujan reda.

Ketika cuaca mulai bersahabat, kami kembali menyusuri jalanan utama. Menembus suhu udara yang dingin. Dengan kabut yang menyambut dari berbagai arah. Beberapa jam berkendara, air hujan kembali turun dengan deras. Cahaya matahari entah hilang kemana. Jam di tangan masih menunjukan pukul 4 sore lebih sekian, namun keadaan diluar sangat gelap, seperti malam.

Kami memutuskan berteduh di SPBU dan melaksanakan shalat Ashar. Beruntung, kami bertemu dengan 2 orang pria asal Demak dan Jepara yang juga akan mendaki gunung Prau malam itu. Panggil saja keduanya Bang Badrul dan Lim. Hati kami bersorak gembira. Seperti anak ayam yang baru saja bertemu setelah sekian lama kehilangan induknya.

Setelah berbincang singkat namun padat. Kami berenam melanjutkan perjalanan sebelum hari bertambah gelap. Bang Badrul dan temannya melaju lebih dulu untuk menunjukkan jalan. Satu detik terasa lama sekali bagi saya. Pantat saya sudah keburu panas bertumpu dengan jok motor berjam-jam.

Naas, motor yang saya naiki hampir kehabisan bensin. Saya dan Ipin sangat kebingungan saat itu. Tidak yakin akan ada SPBU di tempat tersebut. Mengingat situasi sekitar hanya ada pohon dan ilalang. Ingin putar balik ke pom sebelumnya, sudah kepalang tanggung. Modal nekat, kami memilih untuk melanjutkan perjalanan sampai tetes bensin terakhir.

Setelah beberapa kilometer melaju, kami menemukan secercah harapan. Sebuah rumah warga sekaligus warung yang menjual Bensin.

Sambari menunggu penjual mengisi bahan bakar. Kami berdua berbincang singkat. Saya menatap takjub saat mendapati kepulan asap keluar dari mulut. Apakah ini mimpi? Saya cubit lengan saya, nggak sakit. Ternyata terhalang jaket tebal. Saya tepuk pipi, oh ternyata kenyataan. Rasa bahagia dan haru, bercampur jadi satu. Hal yang biasanya saya lihat saat musim dingin di drama Korea, kini terpampang nyata di hadapan saya.

Bensin di tangki telah penuh. Kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak terasa lebih dari satu jam berlalu. Hujan masih setia dengan rintiknya. Badan saya sudah mulai lemas karena udara dingin masuk melalui celah jas hujan.

Langit semakin redup, saya jadi harap-harap cemas. Pemandangan kebun dan pepohonan yang awalnya terlihat sangat menyenangkan, perlahan terlihat mengerikan. Gelap dan sunyi menjadi teman setia selama perjalanan. Jarang sekali ada kendaraan yang lewat. Jika ada, itupun dari arah berlawanan.

Saya hampir muak dibuatnya. Ingin cepat-cepat sampai. Kaki sudah berasa pegal-pegal. Padahal masih butuh banyak tenaga untuk mendaki malam harinya. Entah sampai, entah kesasar. Saya pasrah saja, menyerahkan segalanya pada Pemilik semesta.

Baru beberapa menit memejamkan mata. Telinga saya sayup-sayup mendengar suara aktifitas manusia. Motor kami melaju ke area perkampungan yang cukup ramai.

Pedagang topi, jaket, dan oleh-oleh khas Dieng mulai bermunculan di sisi kanan dan kiri. Roda motor kami akhirnya berhenti dan terparkir di sebuah halaman yang cukup luas. Satu perjalanan yang cukup melelahkan selesai.


Basecamp Patak Banteng

Sesampainya di tempat tersebut, kami diarahkan untuk masuk ke dalam bangunan rumah kayu berwarna hijau. Rangka kayu yang menjadi wajah rumah itu dipenuhi stiker-stiker komunitas pendaki. Sayang, kita belum memiliki stiker kala itu. Nggak terfikirkan juga sih. Padahal kan lumayan bisa numpang eksis.

Tempat yang disebut basecamp tersebut adalah area untuk rehat atau transit para pendaki yang hendak naik ataupun turun dari gunung Prau. Hilir mudik para muda-mudi memasuki tempat tersebut.

Setelah membayar biaya retribusi. Rencananya, kami akan mulai pendakian setelah ba’da Isya. Meski belum di puncak, hawa dingin perlahan mulai terasa menusuk. Lebih dingin dari suhu udara di perjalan tadi.

Sambil menunggu adzan Isya. Kami menyempatkan untuk membeli beberapa perlengkapan seperti kaos kaki, sarung tangan, dan syal. Sebab beberapa barang  yang telah kami miliki basah terkena hujan.


Perjalanan Selama Pendakian

Setelah waktu yang ditentukan, kami bersiap melakukan pendakian sebelum malam mulai larut. Ipin sedikit kecewa sebab Gita, nama spesial untuk gitar kayunya, tidak bisa ikut dibawa menuju puncak karena peraturan melarang pendaki membawa alat musik.

Di awal pendakian, kami disuguhi pemandangan perkebunan warga di sisi kanan dan kiri. Jalanan yang kami tapaki sama seperti jalan-jalan aspal biasa kemudian berlanjut ke jalanan yang dicor. Cekrek. Foto dulu buat kenang-kenangan hehehe…


Beberapa waktu kemudian, jalan yang kita lalui berubah menjadi tanah berundak. Meski hanya beberapa waktu rehat, kami dituntut untuk memiliki kewaspadaan ekstra karena jalanan cukup licin.

Sekitar jam 9, kami sampai di pos satu. Belum ada pemandangan yang bisa dinikmati. Pos itupun cukup sepi, mungkin karena hujan sore tadi. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju pos 2.

Di tempat itu, terdapat beberapa pemuda yang sedang istirahat. Kami juga bertemu dengan para pendaki yang turun dari gunung. Tempatnya tidak segelap dan sepi seperti pos pertama. Ada dua atau tiga penjual minuman dan makanan hangat di gubuk dekat pos 2 tersebut.

Setelah rehat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3. Butuh waktu beberapa jam untuk sampai di sana. Pos ke tiga dan terakhir ini menjadi pos favorit saya. Dari ketinggan di pos tiga ini, kami dapat menikmati suasana malam kota dengan kemerlap lampu putih dan kuning yang memanjakan mata. Sayang, kualitas kamera saya yang minim saat itu membuat saya tidak bisa memotret pemandangan indah dengan jelas alias blur. Maaf ya teman-teman.

Sesaat ketika hendak melanjutkan langkah. Kami sempat terkecoh dan hampir tersasar. Ada dua persimpangan jalan yang membuat kami bingung untuk memilih. Kedua jalan tersebut sama gelapnya. Juga sama-sama memiliki jalan setapak dengan ilalang yang menjulang setinggi dada.

Suara lolongan anjing dan gemuruh petir memperkeruh suasana. Langit sangat gelap. Sebentar lagi pasti turun hujan, batin saya yang tak berangsur lama diiringi jatuhnya rintik air langit. Bang Lim yang berani, mengajukan diri untuk masuk dan memastikan jalur di depan.

Berkat insting dan intuisinya, akhirnya kami berenam memilih jalan yang benar, sisi sebelah kanan. Berjalan beberapa meter di jalan tersebut, mata kami mulai menemui cahaya Ilahi senter dan tenda para pendaki. Merah, Kuning, Hijau bersatu padu. Senangnyaa…

Rasa takjub tidak berangsur lama, sebab kami berpacu dengan waktu dan rintik gerimis yang mulai membasahi sekujur tubuh. Kurangnya pengalaman dan edukasi, membuat saya dan Mei-mei hanya urun bantuan doa dalam pembuatan tenda malam itu. Beruntungnya, bang Badrul dan Lim berbaik hati membantu Upin dan Ipin membangun tenda.

Jam tangan menunjukan pukul setengah dua belas malam. Kami melaksanakan shalat Isya di dalam tenda sebelum pergi ke alam mimpi. Sayangnya, saya sulit  tidur malam itu. Udara di dalam tenda tidak jauh berbeda dengan suhu dingin di luar. Sleeping Bag yang saya bawapun basah. Selimut saya tak bawa.

Golet kanan-golet kiri selama berjam-jam. Namun, mata tak jua mau terpejam. Pukul tiga pagi, saya tidak bisa membendung hasrat ingin buang air kecil lagi. Saya bingung harus kemana mengingat kondisi di luar sangat gelap.

Saat bertanya pada Mei-mei, dia menyarankan saya untuk melakukannya di ujung jurang. Gila. Kalau ada yang lewat terus kepleset gimana? Batin saya. Akhirnya, karena dorongan kuat itu. Saya meminta Ipin untuk mengantarkan ke toilet yang berada di dekat area pertama kali masuk.

Sesampainya di toilet. Semuanya tidak ada yang beres sama sekali. Pencahayaan tidak ada, air tidak mengalir, pintu tidak bisa di tutup. Dari kejauhan, toilet tersebut lebih mirip seperti lemari tua yang sudah sangat usang. Akhirnya mau-tidak mau. Saya mengikuti interupsi Mei-mei. Sejak saat itu, saya bertekad dalam hati untuk membawa popok di pendakian selanjutnya. Meski sampai detik ini belum terlaksana hahaha…


Sunrise di Gunung Prau

Penantian saya akhirnya tiba. Sunrise adalah part yang paling saya tunggu-tunggu. Hari itu cuaca cukup bersahabat dan matahari muncul dengan sinarnya sejak pukul setengah empat pagi. Satu jam lebih awal dari daerah saya.


Rasa lelah, susah, haru, senang, dan takjub. Semua bercampur jadi satu.
Mungkin inilah alasan kenapa pendaki selalu punya alasan untuk kembali. 
Indahnya pemandangan membayar lunas keringat dan rasa letih di tubuh kami. Tak mau kalah dengan pendaki lain, kamipun mengamadikan momen langka dan terbahagia tersebut. Senangnya…

Saat matahari sudah mulai meninggi, kami mencoba mengisi perut. Upin dan Ipin berinisiatif untuk memasak mie instan yang mereka bawa. Setelah hampir dua jam berkutat dengan kompor listrik. Mie kuah yang dimasakpun matang. Saya hanya makan satu atau dua sendok saja.

Tekstur mienya keras. Rasanya pun uaneh banget. Sampai tidak terdefinisi di lidah saya. Beda banget dengan rasa mie yang biasa dimasak di rumah. Saya jadi curiga, jangan-jangan mienya sudah terkontaminasi?

Nggak nggak mau suuzon, meski setelah turun dan sampai di basecamp semuanya terbukti. Perut mereka mengalami kontraksi. Perut saya? Alhamdulillah aman. Namun, karena saya tipe teman yang setia. Saya juga tetap bolak-balik ke kamar mandi. Bukan untuk menemani mereka, tapi untuk buang air kecil karena tidak tahan suhu udara yang sangat dingin. Hehehe….


Itulah sepotong kisah tengil perjalanan kami ber-empat sebagai pendaki nub di Gunung Prau melalui jalur patak Banteng. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bang Badrul dan Lim yang telah sangat-sangat sabar, memandu, dan menjaga kami.

Semoga kisah ini bisa menjadi referensi dan hiburan untuk teman-teman. Sampai jumpa di tulisan bertema Travel selanjutnya. Jika ada kesan atau pertanyaan, jangan sungkan mampir ke kolom komentar.

With love,
andayani rhani
"Mbak kok sunscreen-nya ada label tanggal gini?"

Tanya saya heran, melihat label tulisan tanggal kecil di produk sunscreen mbak Inung. Dengan sabar, dia pun menjelaskan secara detail segala pertanyaan kepo saya yang masih awam tentang kode-kode di kemasan kosmetik kala itu.


Beberapa waktu lalu, saya melihat dokter sekaligus influencer yang saya ikuti di instagram, kak Astariri, membahas tentang PAO, MFG, dan EXP yang dulu pernah saya tanyakan pada mbak Inung.

Karena banyaknya pertanyaan seputar PAO dan EXP yang jarang diketahui, atau sudah tahu tapi masih salah kaprah mengartikannya, termasuk saya awalnya, hehehe...

Sayapun tergelitik dan terdorong untuk menuliskan arti PAO, EXP, dan Production Date beserta pertanyaan seputar masa simpan pada kesempatan kali ini.


Pengertian Production Date

Production Date atau Manufacture Date adalah kode yang menunjukan tanggal produksi produk tersebut. Biasanya disingkat dengan MFE, MFG, M.


Pengertian Experied Date

Expired Date pada Kemasan Laneige Lip Sleeping Mask Berry 

Expired date atau EXP adalah kode yang menunjukkan tanggal kedaluwarsa sebelum produk tersebut dibuka. Biasanya disingkat EXP atau E.

Kode produksi ini biasanya tertulis secara spesifik dimana terdapat tahun, bulan, serta tanggalnya. Tetapi, tidak menuntut kemungkinan hanya ditulis bulan dan tahunnya saja.


Pengertian Period After Opening 

Berbeda dengan makanan atau produk lainnya yang hanya memiliki kode MFE dan EXP saja. Dalam produk kecantikan atau kosmetik terdapat satu kode lagi untuk menentukan masa simpannya, yaitu PAO.

Saat mengamati kemasan sebuah produk kosmetik, biasanya kita akan menemukan jar dengan tanda 6M, 8M, 12M atau 24M di sisi belakang. Lalu apa maksudnya kode tersebut?

PAO pada Kemasan Laneige Sleeping Mask Lavender

Kode angka dengan akhiran M itu berarti Month atau bulan yang disebut Period After Opening atau PAO, merupakan kode yang menunjukan tanggal kedaluwarsa suatu produk setelah kemasan di buka atau sejak pertama kali dipakai.

Dengan catatan, tanggal PAO akan berlaku, jika berada di dalam masa EXP (lebih awal dibanding tanggal EXP). Namun, bila tanggal EXP lebih awal dibanding masa PAO-nya, maka yang berlaku adalah tanggal EXP. Intinya, siapa yang lebih awal (PAO/EXP) itulah yang digunakan. Mekanismenya sebagai berikut.



Cara Menentukan Tanggal PAO

Dari definisi di atas, dapat kita ketahui bahwa masa PAO ini di tentukan oleh bulan. 6M berarti masa simpan suatu produk setelah dibuka adalah 6 bulan, 12M berarti 12 bulan, dan seterusnya.

Tapi, belum semua orang paham bagaimana mekamisme kerja EXP dan PAO. Untuk itu di tulisan kali ini saya akan menjelaskan beberapa kasus serta pertanyaan yang sering membuat para beautys bingung. Udah berasa kayak laporan praktikum aja pakai kasus 'eh...

Mekanisme PAO dan EXP


Misalnya, saya membuka dan memakai produk Day Cream (EXP 21 April 2022) dan Night Cream (EXP 31 Januari 2021) secara bersamaan pada tanggal 17 April 2020.

Keduanya memiliki kode PAO yang sama, yakni 12M. Artinya, keduanya memiliki masa akhir PAO pada tanggal 17 April 2021. Apakah tanggal kedaluwarsanya mereka juga sama? Berikut adalah penjelasan rincinya.

Dalam kasus Day Cream. Tanggal PAO (17 April 2021) lebih dahulu dari EXP date-nya (EXP 21 April 2022). Maka produk tersebut sudah tidak layak pakai setelah tanggal PAO-nya. Meskipun tanggal EXP-nya masih lama. Di sinilah kegunaan PAO yang sebenarnya beautys. Ingat prinsip, siapa yang lebih awal (PAO) itulah yang digunakan.

Jika beautys tergolong manusia pelupa, seperti saya, kalian bisa menuliskan notes tanggal pertama kali membuka/memakai pada kemasan seperti hal yang dilakukan mbak Inung di cerita pembuka tadi.

Boleh-kah menggunakan produk yang telah melewati tanggal PAO meskipun EXP-nya lebih lama?

Bukannya tidak boleh, tapi lebih baik jangan. Jika kita tetap menggunakan produk yang telah melewati kapasitas masa simpannya (PAO) bisa mengurangi kegunaan/fungsi produk tersebut.

Bahkan untuk bahan aktif, contohnya vitamin C, dapat menimbulkan reaksi yang menyebabkan iritasi atau hal buruk lain pada kulit yang sensitif. Ngerikan?

Sampai di sini paham beautys? Semoga paham ya... Kasus Day Cream saya anggap selesai. Lalu bagaimana dengan kasus Night Cream tadi?

Tidak semua produk bisa langsung terjual dan digunakan setelah di produksi. Bisa jadi, produk tersebut terjual saat mendekati masa kedaluwarsa atau bahkan setelah masa kedaluwarsanya.

Dalam kasus Night Cream ini. Jika EXP lebih awal dari tanggal PAO-nya maka, tanggal kedaluwarsanya berlaku sebelum EXP-nya, meskipun tanggal PAO-nya masih lama. Ingat lagi prinsip siapa yang lebih awal (EXP) itulah yang digunakan.

Setelah melewati tanggal EXP, berarti produk tersebut sudah tidak layak digunakan / kedaluwarsa. Kalau beautys makan makanan sudah kedaluwarsa apa yang akan terjadi? Nggak enak, baunya busuk, bikin sakit perut, intinya bisa menimbulkan negatif/merugikan. Begitu juga dengan produk kecantikan.

Dalam kasus lain, saya pernah ditawarin masker organik yang sudah melewati masa EXP yang alias kedaluwarsa tapi masa PAO-nya 3 bulan? Apakah saya harus beli?

Jawabannya Tidak. Kalau dibeli artinya saya akan menggunakan produk kedaluwarsa.

Lalu, bagaimana jika produk kecantikan kita tidak memiliki kode PAO?
Cek PAO di Website Resmi

Tidak semua produk memiliki kode PAO dalam kemasannya. Untuk produk-produk kecantikan seperti ini, masa kedaluwarsanya dapat kita cek melalui website resminya. Jika tidak dicantumkan, maka tanggal kedaluwarsanya mengikuti masa Expired Date.

Nah, sekarang sudah paham tentang arti PAO, EXP dan MFG kan? Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat membantu para beautys memahami dalam tentang masa simpan produk kecantikan ya. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

With love,
andayani rhani
Newer Posts
Older Posts

About

lifestyle-blogger-andayani-rhani
Holla! I'm Anda a Financial Analyst Student. I write all things about Lifestyle story like Beauty, Finance, Tips, Travel, also Review any products or services based on my experience. Enjoy your stay!
[Contact Me]

Find Me On

MAU JAJANIN ANDA?

Nih buat jajan

NEW POST!

6 Cara Menghasilkan Uang dari Internet, Auto Cuan

Label

Beauty Books Event Finance Food Hobby Investasi Lifestyle Makeup Personal Relationship Review Skincare Technology Tips Travel

Voucher Sociolla

voucher-diskon-sociolla

Most Readed on This Week

  • Pengalaman Mendaki Gunung Prau melalui Jalur Patak Banteng
  • Pengalaman Tour ke Museum Pers Nasional Surakarta
  • [Review] Wardah Purifying Moisturizer Gel Witch Hazel
  • Daftar Pertanyaan dan Tips Mencari Kos Murah
  • [Review] Nivea Sparkling White Whitening Facial Foam
  • [Review] Laneige Water Bank Trial Kit 5 Item
  • Situs Penyedia Barang Gratis yang Wajib Kamu Coba
  • 90+ Istilah dan Singkatan di Twitter Terlengkap
  • Pengertian PAO, EXP dan MFG pada Kemasan Kosmetik
  • [Puisi] Untuk Kamu

Domain dan Hosting Murah

Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

MY SUPPORT SYSTEM

Kode Diskon 50K Reksadana Bibit

kode diskon reksadana bibit

Total Tayangan Halaman

Popular Post

  • [Review] Wardah Purifying Moisturizer Gel Witch Hazel
  • Situs Penyedia Barang Gratis yang Wajib Kamu Coba
  • [Review] Nivea Sparkling White Whitening Facial Foam
  • [Tips] 4 Langkah Mudah Mendapatkan Socobox dari Sociolla
  • [Review] Laneige Water Bank Trial Kit 5 Item
  • [Puisi] Untuk Kamu
  • [Review] L'Oreal Paris Revitalift Micro Essence di Kulit Berminyak

Member of

Blogger Perempuan Network
1 minggu 1 cerita
bloggerhub indonesia

Arsip Blog

  • ►  2022 (31)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (8)
    • ►  Februari (10)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2021 (60)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (11)
  • ▼  2020 (62)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (7)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (10)
    • ▼  Mei (9)
      • Pengalaman Tour ke Museum Pers Nasional Surakarta
      • Daftar Pertanyaan dan Tips Mencari Kos Murah
      • Pengalaman Mendaki Gunung Prau melalui Jalur Patak...
      • Pengertian PAO, EXP dan MFG pada Kemasan Kosmetik
      • [Review] Laneige Water Bank Trial Kit 5 Item
      • [Review] Novel Kata Karya Rintik Sedu
      • [Sebuah Kisah] My Sweeter Bitter Seventeen
      • [Review] Sheet Mask MediHeal Teatree Care Solution...
      • [Review] Garnier Sakura White Pinkish Serum
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (17)
    • ►  November (5)
    • ►  September (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  Agustus (1)
Created By SoraTemplates | Distributed by GooyaabiTemplates