[Puisi] : Selesai Sebelum Dimulai

Something different in yourself makes you special for me.


Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan kalimat yang sudah mengakar di kepala?Katamu aku spesial? Tapi kenapa rasanya kini, kata-katamu seperti seorang pembual?

Dulu aku pernah menjadi seseorang yang begitu kau cintai, kau lindungi. Namun sekarang keadaan berbalik, aku jusrtu menjadi orang yang paling kau hindari keberadaanya. Rasanya lebih menyesakkan daripada divonis hukuman mati. Bahkan untuk memandang ke arahku saja kau tak sudi. Pertanyaanku pun tak pernah kau tanggapi.

Letih, jika tahu lebih dulu seperti ini akhirnya. Aku akan memilih terlebih dahulu untuk menepi. Mengunci hati, agar tak ada sedikitpun celah untukmu masuk kembali.

Namun, manusia biasa sepertiku bisa apa? Hanya membiarkan takdir memainkan skenarionya.

Re, sampai detik ini pun hatiku masih bertanya, pergimu atas salahku yang mana?

Kenapa dirimu selalu menganggap aku seperti orang asing yang tak pernah ada? Jika memang tidak ada lagi cinta, bukankah lebih bijak jika kita menjadi teman saja? 

Tetapi dirimu terlalu dingin untukku yang hangat. Adaku hanya akan membuatmu sekarat. Nyatanya, semesta tak merestui kita untuk meneruskan cerita ini.

Kau hilang lebih cepat daripada kerlipan bintang. Kisah ini lebih dulu selesai, bahkan sebelum kita mulai.

Dulu aku pernah membencimu, sangat. Setiap melihatmu seperti kepalan bom waktu yang selalu berjalan mengejar langkahku.

Benar katamu, kita ini berbeda. Jika kau selatan, aku adalah utaranya. Bila kau air, maka aku adalah apinya.

Seharusnya dari awal kita tak perlu memaksakan takdir untuk bersatu, jika akhirnya aku hanya seperti batu yang begitu mudah kau buang semaumu.

Seharusnya akupun sadar jika nasibku akan sama seperti kau menyingkirkan masalalumu, dulu.

Kau membawa kebahagiaan dengan fatamorgana yang begitu sempurna. Saat aku terlena, kau tenggelamkan aku dalam palung terdalam. Jujur, aku tak pernah sedikitpun berharap padamu tapi takdirlah yang membawaku.

Seirama dengan melodi dan nada, apalagi yang bisa aku terima selain merelakanmu yang sudah berjalan mengganti haluan.

Meninggalkanku dalam kegelapan 
tanpa memberiku sedikitpun cahaya sebagai tumpuan untuk melanjutkan perjalanan. 

Cahayaku padam. Tak cukup bahan bakar.
Saat itu baru kusadari kesalahanku selama ini. Seharusnya aku tidak terobsesi menjadi seseorang yang berarti.

Akan lebih baik jika aku berusaha menjadi seseorang yang tak terganti. Karena seberarti apapun diriku, tak akan pernah cukup bagimu.

22 July '19

With love,
andayani rhani

Reactions

0 Komentar